Foto kerja kelompok nggarap laporan BOS

Operator Sekolah, Pengabdi Yang Hakiki

Ketika paginya datang ke sekolah dengan mata yang berkantung dan langsung menuju ke pojokan ruang guru atau ruangan khusus di sekolah. Perangkat komputer atau biasanya laptop yang lebih sering dipakainya. Mereka langsung membuka laptopnya di atas meja kerjanya.

Tumpukkan kertas di atas mejanya penuh dengan data-data yang sering mereka temani. Duduk dipojokan juga adalah kesukaan mereka. Kabel rol listrik menjadi salah satu alat yang tidak pernah lupa untuk dibawa. Smartphone atau modem pun tak luput dari tasnya yang mereka bawa.

Malam tak jadi alasan mereka berhenti bekerja ketika tugas memanggil. Lelah tak jadi penghalang mereka berjuang ketika deadline tugas melambai-lambai. Tak peduli otak ngebul, tak peduli mata ngantuk, yang penting laporan selesai.

Kehadiranya selalu dirindukan di sekolah. Bila tak ada mereka terasa sunyi sekolahan. Di jarinya tersimpan password  rahasia sekolah dan bahkan password beberapa guru di sekolah itu. Terkadang password-nya sendiri malah lupa.

Mereka itu sebenarnya gampang dicari. Kebanyakan mereka berada di pojok ruang kepala sekolah, atau diselipkan di ruangan majlis guru atau yang ada internetnya pasti mereka ada di sana.Jadi kaya pecandu internet wkwkw. Tapi banyak yang tidak menyangka, di ruangan kecil itulah berpusat segala kegiatan administrasi sekolah. Salah-satu tempat penentu maju mundurnya sebuah sekolah.

Siapakah mereka? Mereka adalah operator sekolah.

Mereka bukan operator produksi mesin yang besar-besar seperti di perusahaan di kota-kota besar. Mereka hanya orang biasa yang bertugas tak kenal waktu. Bahkan bisa kurang waktu. Segala data wajib di entry bahkan yang ngga penting sekalipun dia entry. Apalagi kalau musim sertifikasi guru. Kurang teliti? Ocehan, omelan guru-guru yang PNS pun berkumandang ke telinga yang membuat kuping panas. Untunglah mereka punya telinga yang tebal bahasa kerennya ndableg.

Segala administrasi sekolahan pun sudah jadi makanan sehari-harinya. Dari laporan bulan, program ulangan, sertifikasi guru, akreditasi bahkan administrasi lain oleh guru mereka kerjakan. Operator sekolah, bertugas tak kenal lelah. Meski diluar jam kerja, ketika atasan meminta datang, mereka harus datang, kalau tidak nama baik sekolah dipertanyakan.

Operator sekolah, bertugas tak kenal tempat. Ketika tiba musim pengentrian data Aset atau SIMDA Barang dan  BOS, mereka banyak ditemukan selonjoran di teras kantor-kantor pemerintahan melaksanakan tugas negara. Bahkan sampai malam hari.

Jika malam hari menemukan ibu-ibu selonjoran di teras kantor pemerintahan, dengan sebuah laptop dan beberapa dokumen, kemudian matanya berkantung. Jangan takut, itu bukan Suzana. Itu Operator Sekolah sedang cari sinyal. Perlakukan mereka dengan baik. Karena mereka adalah pejuang data.

“Datanya ditunggu malam ini, servernya mau tutupan”

“Aduh servernya ngadat mulu, sok sibuk”

“Ah, kuotaku habis, bagi internetnya. Tekor nih, jatah kuota dari sekolah dah habis”

Kalimat paling horor bagi operator sekolah. Mengisyaratkan bahwa data deadline dan ditunggu maksimal jam 12.00 malam yaa. Karena cinta dan tanggung jawab terhadap tugas, kami selesaikan meski sampai larut malam, bekerja berpacu dengan waktu. Ketelitian sungguh-sungguh diminta. Meski harus mengorbankan waktu dengan keluarga.

Mereka juga suka sekali kerja kelompok. Kalau kerja kelompok terasa asik buat mereka. Ada beberapa candaan tetapi kerjaan selesai. Hingga tumpukan makanan cemilan pun ngga luput dibawa. Jadi, sebenarnya mereka itu suka makan, tetapi ngga gemuk-gemuk karena pikirannya ngebul terus wkwkw.

Akses internet mereka juga terkadang membuat kendala. Jatah dari sekolah pun masih kurang. Ngga tanggung-tanggung harus rogoh kocek sendiri agar aksesnya bisa wus-wus. Apalagi saat ini, keperluan mengolah data menggunakan aplikasi yang berbasis online semua. Misal saja dapodik, laporan keuangan, laporan barang.

Mereka itu kemaruk atau nggragas. Pekerjaan yang harus dikerjaan oleh beberapa orang malah ia lahap sendiri. Maklumlah, mereka dianggap serba bisa, padahal satu pekerjaan saja membutuhkan waktu dan tenaga yang ekstra. Guru yang lain? Entahlah, mereka malah mundur halus bila dibagi-bagi tugas. Ucapnya ngga bisalah, kamu saja. Begitulah kira-kira yang sering diucapkan. Padahal operator sekolah juga awal mulanya mereka tidak bisa apa-apa. Hanya terbiasa dengan papan ketik dan touchpad.

Mereka juga bukan tenaga khusus administrasi. Mereka adalah guru kelas yang diberikan mandat untuk menjadi operator sekolah. Mereka sering mengorbankan anak didiknya karena tugas yang begitu banyak. Terlihat dari raut mukanya yang sedikit kecewa terhadap capaian dalam memberikan pelajaran kepada siswanya. Bagaimana tidak, mereka sering keluar sekolah untuk mengerjakan kepentingan operator sekolah.

Banyak diantara kami yang akses ke dinas-dinas terkait dan lokasi pengentrian data jauh.Tapi benarlah kata orang, cinta itu buta. Kecintaan dan tanggung jawab terhadap tugas ternyata bisa menepis rasa takut kami diperjalanan tengah malam. Rasa takut di begal atau kehujanan, atau kema tilang itu sudah tidak terasa lagi.

Tak kalah disiplin dari ibu dan bapak PNS, kami masuk setiap hari kerja. Masuk dan pulang sama dengan jam-jam ibu dan bapak PNS, bahkan lebih. Kami berpakaian rapi layaknya PNS. Beban kerjapun sama dengan PNS, bahkan lebih. Pembeda kami hanya SK dan kesejahteraan saja. Saja, terdengar ringan mungkin, tapi poin pembeda inilah yang menentukan kami bisa hidup layak atau tidak.

Sulitkah pekerjaannya? Ia, banyak diantara mereka memilih mundur. Karena tinggi beban kerja tapi rendah kesejahteraan. Hebatnya, mereka yang bertahan mengabdi bertahun-tahun ini mampu melewati itu semua. Menghendle kegiatan yang berhubungan dengan teknologi maupun tidak. Mengerjakan tethek bengek urusan administasi sekolah dengan rapi.

Kalau tak profesional pastilah mereka sudah mundur teratur. Mereka sudah buktikan mereka mampu mengemban amanah negara. Mereka buktikan bahwa mereka cinta bumi pertiwi ini dengan pengabdian tak kenal lelah. Tanpa tes CPNS, bukankah mereka telah teruji?

Tidak, kami tidak takut bersaing dalam tes CPNS. Tapi banyak diantara kami yang terkendala usia. Umur melewati batas yang ditentukan pemerintah. Atau tidak adanya formasi untuk jurusan kami. Perkara seperti ini apa lagi yang bisa kami lakukan selain berdoa dan mengetuk pintu hati pemerintah untuk lebih peduli kepada kami? Izinkan kami secara resmi mengabdi di bumi pertiwi ini, karena kami cinta Indonesia.

Operator Sekolah. Sering disebut jantung sekolah. Jantung adalah pusat peredaran darah keseluruh tubuh. Bagaimana jika jantung sakit? Sakit pulalah organ-organ tubuh yang lain. Bagaimana jika jantung tidak bekerja? Berakhirlah kehidupan seseorang. Semoga kelak Indonesia bisa menjaga operator sekolah layaknya manusia menjaga jantung. Memberi nutrisi yang cukup buat jantung. Agar jantung sehat dan berfungsi dengan baik.

One comment

Comments are closed.